Mengelola uang dengan bijak bukan cuma soal berhemat atau menabung, tapi juga tentang bagaimana kamu bisa membuat uang itu bekerja dan memberi hasil. Di sinilah investasi punya peran penting. Tapi masalahnya, nggak semua investasi otomatis memberi keuntungan. Ada kalanya kamu sudah keluar modal besar, tapi hasilnya nggak sebanding. Nah, biar kamu nggak cuma “feeling-feeling-an” soal untung atau rugi, kamu butuh cara yang lebih terukur. Salah satu alat paling simpel dan sering dipakai adalah ROI, atau Return on Investment.
ROI ini ibarat kompas yang bantu kamu melihat apakah keputusan finansial atau bisnis yang kamu ambil itu mengarah ke untung atau malah nyasar ke rugi.
Apa Itu ROI?
ROI, atau dalam bahasa Indonesia disebut sebagai “tingkat pengembalian investasi”, adalah ukuran yang menunjukkan seberapa efektif suatu investasi dalam menghasilkan keuntungan. Konsep ini sebenarnya simpel banget: kamu membandingkan keuntungan bersih yang kamu peroleh dari suatu investasi dengan total biaya yang kamu keluarkan untuk investasi itu. Hasil akhirnya biasanya dinyatakan dalam bentuk persentase.
Kalau hasil ROI-nya positif, artinya kamu untung. Sebaliknya, kalau nilainya negatif, berarti kamu mengalami kerugian. Jadi ROI ini bisa dibilang seperti skor yang mengukur keberhasilan suatu investasi—semakin tinggi angkanya, semakin bagus performanya.
Rumus Dasar ROI
Rumus dasar ROI nggak ribet, bahkan kamu bisa hitung dengan kalkulator sederhana atau spreadsheet. Bentuknya seperti ini:

Keuntungan bersih di sini artinya total pendapatan dari investasi dikurangi semua biaya yang dikeluarkan. Sementara biaya investasi adalah seluruh modal atau uang yang kamu keluarkan di awal untuk menjalankan investasi tersebut.
Contohnya, kalau kamu investasi sebesar Rp10 juta dan hasilnya kamu mendapat keuntungan bersih Rp2 juta, maka:

Artinya, kamu mendapat untung sebesar 20% dari total modal yang kamu keluarkan. Cukup jelas, kan?
Contoh Perhitungan ROI
Biar lebih kebayang, coba kita pakai ilustrasi yang lebih dekat dengan kehidupan sehari-hari. Misalnya kamu buka warung kopi rumahan. Untuk memulainya, kamu keluar uang sekitar Rp15 juta. Uang ini dipakai buat beli mesin kopi, sewa tempat (kalau ada), beli bahan baku awal, dan peralatan lainnya.
Setelah berjalan selama 6 bulan, total pemasukan kamu dari penjualan kopi adalah Rp25 juta. Tapi jangan lupa, kamu juga punya biaya operasional seperti listrik, air, gaji karyawan (kalau ada), dan bahan baku tambahan, yang totalnya selama 6 bulan mencapai Rp7 juta.
Jadi, keuntungan bersih kamu bisa dihitung begini:

Sekarang kita masukin ke rumus ROI:

Dengan begitu, kamu bisa tahu bahwa selama 6 bulan menjalankan warung kopi, kamu sudah mendapatkan pengembalian sebesar 20% dari modal awal. Apakah ini bagus? Nah, itu tergantung tujuan dan harapan kamu. Tapi secara umum, ini menunjukkan bahwa usahamu mulai menghasilkan keuntungan.
Manfaat ROI dalam Evaluasi Investasi
Salah satu alasan kenapa ROI begitu populer adalah karena fleksibel dan sederhana. Kamu bisa menerapkannya hampir di semua jenis investasi: bisnis kecil, proyek besar, bahkan sampai ke pembelian aset seperti properti atau kendaraan operasional.
ROI membantu kamu mengambil keputusan yang lebih rasional dan berdasarkan data. Misalnya, kamu punya dua ide bisnis: buka toko online atau franchise minuman kekinian. Dengan menghitung ROI dari keduanya, kamu bisa tahu mana yang secara finansial lebih menguntungkan. Ini jauh lebih baik daripada hanya mengandalkan perasaan atau tebakan.
Selain itu, ROI juga bisa dipakai untuk evaluasi internal bisnis. Misalnya, kamu baru saja pasang iklan digital selama satu bulan dan ingin tahu apakah kampanye itu benar-benar memberikan hasil. Kamu bisa hitung ROI dari biaya iklan dibandingkan dengan penambahan penjualan yang terjadi selama periode itu.
Kekurangan ROI
Meskipun ROI kelihatan praktis dan mudah dipahami, bukan berarti ROI tidak memiliki kekurangan. Ada beberapa kekurangan yang perlu kamu tahu agar nggak salah kaprah.
Pertama, ROI tidak mempertimbangkan waktu. Misalnya, dua investasi sama-sama memberikan ROI 30%, tapi yang satu dicapai dalam waktu 6 bulan dan yang satu lagi dalam 3 tahun. Kalau kamu hanya melihat ROI-nya saja, kamu bisa saja salah pilih. Dalam dunia investasi, waktu itu penting—karena waktu adalah uang.
Kedua, ROI tidak mencerminkan risiko. Bisa saja investasi dengan ROI tinggi juga punya risiko yang jauh lebih besar. Misalnya, investasi saham di startup teknologi bisa kasih kamu ROI 50% dalam waktu singkat, tapi juga bisa amblas jadi minus 80% kalau perusahaannya gagal. Jadi, kamu tetap harus mempertimbangkan faktor risiko.
Ketiga, ROI bisa menjadi menyesatkan kalau datanya tidak akurat atau tidak lengkap. Kadang dalam menghitung biaya investasi, orang lupa memasukkan biaya tersembunyi seperti biaya perawatan, tenaga kerja tambahan, atau waktu yang dihabiskan. Akibatnya, ROI yang dihasilkan jadi terlalu optimis.
Dan terakhir, ROI cenderung berfokus pada hasil finansial saja, tanpa memperhitungkan manfaat non-finansial seperti reputasi, loyalitas pelanggan, atau dampak sosial yang mungkin penting dalam beberapa jenis investasi.
Kapan ROI Sebaiknya Digunakan?
ROI paling cocok digunakan saat kamu ingin mengevaluasi investasi yang sifatnya jangka pendek hingga menengah, di mana hasil dan biayanya sudah cukup terlihat jelas. Misalnya:
- Mengevaluasi hasil dari strategi pemasaran
- Membandingkan dua jenis proyek yang akan dijalankan
- Menilai keberhasilan pembelian peralatan baru untuk usaha
- Mengukur efektivitas kerja sama dengan mitra bisnis
Untuk keputusan jangka panjang, ROI sebaiknya digunakan bersama metrik lain seperti Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), atau Payback Period yang bisa memberikan gambaran lebih menyeluruh, termasuk soal waktu dan risiko.
Penutup
Jadi, apa itu Return on Investment? ROI adalah alat sederhana tapi powerful yang bisa bantu kamu memahami apakah investasi yang kamu lakukan itu menguntungkan atau tidak. Dengan membandingkan keuntungan bersih dan biaya yang dikeluarkan, kamu bisa melihat seberapa efektif modal kamu bekerja.
Tapi, ingat ya—meskipun ROI sangat membantu, dia bukan satu-satunya metrik yang perlu kamu andalkan. Gunakan ROI sebagai pintu masuk untuk menganalisis investasi kamu, tapi tetap lengkapi dengan pertimbangan lain seperti risiko, waktu, dan tujuan jangka panjang.
Kalau kamu punya usaha kecil, lagi mempertimbangkan beli saham, atau baru saja mengeluarkan dana buat kampanye pemasaran, coba deh hitung ROI-nya. Siapa tahu, dari situ kamu bisa menemukan cara untuk mengelola uang dan sumber daya dengan lebih bijak.